Kecerdasan Anak Seluas samudera

Berbicara tentang perkembangan anak baik dilihat dari kognitif, afektif, dan psikomotorik semestinya kita sebagai orang tua dan pendidik paham juga tentang psikologi perkembangan anak.

Banyak sekali para orang tua membuat batas minimal yang tinggi pada anak jika berhubungan dengan nilai akademik khususnya pada ranah kognitif. Kalau saja target yang mereka buat tidak sesuai dengan kenyataan, mulai deh....berusaha mencari kesalahan kesana kemari untuk melakukan pembenaran pada diri mereka.

www.lulusmargiati.com


Bisa jadi mereka menyalahkan pihak sekolah atau guru dimana anak menuntut ilmu. Bahkan yang lebih parah lagi ada juga para orang tua yang tega memberi label pada anak "bodoh atau malas".

Mulai saat ini coba deh STOP lakukan itu.

Kita sebagai orang tua atau pendidik bisa kok menghindari hal-hal negatif yag hanya akan membuat perkembangan anak semakin terpuruk dan tersudutkan dengan label negatif.

Mungkin dengan beberapa pemahaman yang akan saya paparkan, akan sedikit membantu kita untuk mampu merubah stigma yang selama ini muncul di sekeliling kita.

Langkah awal adalah kita harus sadari bahwa seorang anak adalah anugerah yang dititipkan Allah pada kita, dan saya selalu yakin bahwa Allah tidak pernah menciptakan "Produk Gagal". Anda semua pasti setuju akan pendapat itu. Dengan menyadari hal itu, adalah awal untuk kita bisa menyadari apa yang ada dalam diri anak kita dengan kondisi apapun.

Yang kedua mungkin sebagai pendidik terlebih anda sebagai orang tua pasti lebih paham bagaimana anak kita secara psikologi. Secara, ayah bunda kan orang pertama yang dikenal oleh anak sebelum mereka mengenal guru-gurunya yang ada di sekolah.
Orang tua bisa komunikasikan semua data karakter dan perkembangan anak selama pra sekolah kepada guru, tentunya dengan cara yang baik dan komunikatif ya ..! Tidak serta merta menuntut anak harus langsung conect dengan gurunya. Semua butuh proses. Guru juga manusia lho ??
Butuh mikir juga untuk cari strategi yang tepat dan waktu ketika menangani siswanya dengan berbagai karakter yang dibawa dari rumah.

Yang ketiga adalah pahami kesiapan calistung dan tahap perkembangan anak. Khususnya pada masa usia sekolah dasar.
Ini perlu panjang lebar untuk kita bahas karena pada umumnya orang tua belum memahami atau bahka tidak mau tahu akan hal ini.

Orang tua wajib memahami pengetahuan tahap perkembangan anak dan mengetahui kesiapan anak dalam belajar calistung agar dapat melakukan langkah yang tepat untuk memenuhi kebutuhan anak.

Beberapa tahapan perkembangan anak secara umum dan kaitannya dengan pembelajaran calistung akan kita bahas satu persatu

Ada tiga tahapan yang harus dipahami yaitu :
1. Tahap perkembangan anak dari segi sosial emosi.
Hal ini bisa kita lihat ketika anak sudah mulai mampu meniru orang lain, mendengar dan memahami instruksi sederhana, menunjukkan sikap mandiri, dan mampu bekerja sama dengan teman sebayanya.
Untuk melatih kesiapan pada tahap ini, kita lakukan melalui kegiatan bermain peran, bernyanyi, dan menari. Dengan bermain peran, anak akan belajar untuk mencoba meniru orang lain.

2. Tahap perkembangan anak dari segi kognitif.
Dalam tahap ini, anak sudah bisa dikatakan siap belajar calistung ketika anak mampu menunjuk apa yang diinginkan dan apa yang dimaksud pada buku. Anak sudah mampu membalik buku, menentukan persamaan dan perbedaan. Untuk melatih kesiapan pada tahap ini, kita bisa memberikan pola dasar dengan memberi instruksi membedakan bentuk segitiga dan persegi secara acak.

3. tahap perkembangan anak dari segi fisik.
Anak sudah dikatakan siap dalam tahap perkembangan ini dilihat dari kesiapan motorik halusnya. Dengan melatihnya untuk melakukan kegiatan sehari-hari, kekuatan jemari dan lengan yang dibutuhkan untuk menulis akan dapat diasah.
Contoh kegiatan yang dapat melatih motorik halus anak adalah mengajak anak untuk membuka dan memasang kancing baju atau tali sepatu sendiri.

Oke....setelah membaca tulisan ini, mudah2an tidak ada lagi orang tua yang terlalu vulgar menyalahkan atau menuntut pendidik untuk menjadi yang sempurna dalam membentuk karakter dan kecerdasan anak kita. Bukan berarti sebagai pendidik, tidak mau dikritik. Tetapi paling tidak, komunikasi yang baik dan santun antara orang tua dan pendidik akan membawa aura baik yang secara otomatis tersalur ke hati anak. Dan InsyaAllah akan jauh lebih baik untuk perkembangan anak. Dan hal ini sudah saya praktikkan langsung dimana saya posisikan diri saya sebagai orang tua.

Orang tua dan pendidik tidak lagi memandang bahwa kecerdasan kognitif adalah segala-galanya, karena dalam diri masing-masing anak ada 8 kecerdasan dan pastinya ada yang dominan pada salah satunya. Tanamkan pada diri kita bahwa anak kita memiliki kecerdasan seluas samudera, dan kita sebagai orang tua dan pendidik harus mau menjadi penyelam unggul untuk dapatkan mutiara indah meskipun tempatnya didasar samudera.

referensi bacaan untuk orang tua dan pendidik


Selamat menyelam dan menemukan mutiara indah pada diri anak kita ya..!

K Y - 050816











Post a Comment

1 Comments

Sangat senang mendapat jejak komentar dari Anda