Keterkaitan Mendongeng dengan Minat Baca Anak

 




Membaca adalah sebuah kebutuhan bagi semua orang. Dengan melakukan aktivitas tersebut, kita bisa mendapat banyak hal positif baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa hal positif tersebut antara lain menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dan melatih berpikir kritis. Dengan demikian secara tidak langsung kita membangun rasa percaya diri karena kita memiliki wawasan luas melalui membaca.

Apakah minat baca bisa datang dengan sendirimya? Berdasarkan survey yang selalu dijadikan literatur berbagai penelitian tentang literasi, Indonesia termasuk memiliki minat baca yang rendah. Survey skala kecil pada kelas yang pernah saya ampu juga menunjukkan hal yang sama. Tidak lebih dari 15% dari 32 siswa dalam kelas tersebut mempunyai minat baca tinggi dan itupun terbatas pada buku-buku pelajaran yang mereka miliki.

Secara sederhana minat baca adalah aktivitas dari sebuah kebiasaan yang bisa dirangsang dan dilatih sejak dini. Sama halnya ketika kita melihat seorang anak usia 5 tahun yang terbiasa, mahir, dan menikmati sekali mengoperasikan gadget. Hal tersebut adalah bentukan dari lingkungan terdekat mereka, karena sejatinya seorang anak adalah pengamat dan peniru yang hebat.

Jika kita mengamati pada masa sekarang, berapa kali kita menemukan rak yang penuh buku bacaan di salah satu rumah kerabat atau teman yang kita kunjungi? Mungkin jika beruntung kita masih bisa melihat pajangan kitab suci di salah satu sudut meja. Atau masih adakah sebuah keluarga yang berlangganan media cetak dan bisa dinikmati beritanya setiap pagi sebelum aktivitas lainnya mereka lakukan? Sepertinya hal yang satu ini hampir sulit kita temui. Salah satu penyebabnya adalah kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi. Sebagian orang akan berpikir teknologi digital lebih menguntungkan dalam membantu percepatan menerima berita dan informasi.

Bayangkan saja ketika kita membuka mata dan belum beranjak dari tempat tidur sudah bisa mendapat informasi up to date hanya dengan klik beberapa link terpercaya melalui smartphone. Satu langkah lebih cepat dari berita pagi di televisi atau media cetak yang harus kita beli di kios terlebih dahulu. Apakah kebiasaan tersebut dengan dukungan kecanggihan teknologi mampu menumbuhkan minat baca anak? Pada kenyataannya kita lebih mudah menemukan anak-anak yang mengakses beberapa game dengan smartphone mereka seperti mobile legend atau PUBG daripada link yang menyajikan informasi dan pengetahuan baru.

Hal ini juga yang menjadi salah satu perenungan saya ketika menyelesaikan tesis. Ketika banyak yang memilih mengembangkan buku digital, saya memilih mengembangkan buku suplemen dalam bentuk buku fisik. Jika dilihat dari perkembangan zaman yang dinamis, maka yang saya lakukan adalah sebuah kemunduran. Namun saya masih yakin buku fisik tetap dibutuhkan dan mempunyai beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh buku digital. Salah satu argumen saya adalah kedekatan emosional antara ibu dan anak akan lebih kuat terbentuk ketika seorang ibu membacakan dongeng dengan membuka lembar demi lembar buku fisik daripada melalui media digital. 

Beberapa tahun ini, dunia pendidikan khususnya di Indonesia mulai dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas sedang menggencarkan program GLS – Gerakan Literasi Sekolah. Salah satu tujuan dari program ini tidak lain adalah meningkatkan minat baca. Sebuah upaya yang memang membutuhkan usaha keras untuk mendapatkan hasil maksimal. Tentang bagaimana sebuah lembaga pendidikan menciptakan lingkungan kondusif, membuat berbagai program dan kegiatan sebagai pendukung GLS atau bagaimana seorang pendidik memberi stimulus pada peserta didiknya untuk mendukung program tersebut. Bukan hal mudah karena pada kenyataannya di lapangan terjadi trial error ketika menjalankan program ini. Salah satu dari kendalanya adalah kebiasaan yang sudah terbangun pada diri anak ketika usia pra sekolah.

Lalu, apa yang sebenarnya bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat baca pada anak?

Mendongeng pada anak-anak usia pra sekolah adalah salah satu cara sederhana menstimulus minat baca pada anak. Saya menarik kesimpulan ini ketika menangkap dari sebuah percakapan dengan seorang seorang kawan penyair. Masa kecil dengan seorang nenek yang selalu berperan sebagai pendongeng ketika menjelang tidur. Bercerita apapun dan pada akhirnya memberi pengaruh besar pada rasa penasaran dan keingintahuannya tentang segala hal. Berlanjut pada saat dewasa dengan kegemarannya membaca apapun untuk mencari tahu hal-hal baru.

Cukup logis jika minat baca sangat tinggi pada pada seseorang dengan masa kecil yang berada dalam lingkungan semacam itu, karena seorang anak lebih awal mengenal bahasa verbal daripada teks. Mendengar sumber suara dan mengamati ekspresi yang ada disekitarnya. Indera pengengar lebih dominan digunakan ketika mereka awal belajar bahasa. Semua itu hanya bisa didapat dari  keluarga dan lingkungan sekolah sebagai penyempurna. Seorang ibu yang cerewet dan suka mendongeng pada anak usia pra sekolah akan memberi kesempatan belajar menerima banyak informasi dan merangsang minat baca mereka ketika dewasa dari daripada seorang ibu yang pendiam.

Penulis: L Margi

Post a Comment

0 Comments