Profesi yang Lepas dari Pandangan Umum


Secara luas, pekerjaan dapat diartikan sebagai aktivitas utama yang dilakukan oleh manusia. Jika lebih dipersempit makna tersebut, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Dalam perbincangan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan profesi.

Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai karir. Jadi pekerjaan itu adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang di lakukan oleh manusia atau seseorang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya karena dengan sesorang mempunyai pekerjaan maka kebutuhan hidup sesorang bisa terpenuhi.

Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 4 Sekolah Dasar, sudah diajarkan tentang materi pekerjaan. Mulai dari arti pekerjaan, jenis-jenis pekerjaan, dan sebagainya. Secara teori siswa diajarkan bahwa ada dua jenis pekerjaan yaitu, pekerjaan yang menghasilakn barang dan perkerjaan yang menghasilkan jasa. Beberapa contoh yang menghasilkan barang adalah pengrajin mebel, petani, peternak, penjual kue. Dan beberapa contoh yang menghasilkan jasa adalah guru, dokter, polisi, sopir. Semua pekerjaan tersebut baik yang menghasilkan jasa maupun menghasilakn barang, sama-sama memiliki tujuan yang sama yaitu pemenuhan kebutuhan manusia.

Namun demikian, apakah mereka akan juga diajarkan bagaimana mereka mendapatkan sebuah pekerjaan? Bagaimanakah menjalani sebuah pekerjaan secara professional? Bagaimanakah menghargai sebuah pekerjaan seseorang? Berpikiran lebih luas tentang sebuah pekerjaan?

Saya rasa kurikulum dan jam belajar tak cukup untuk membahas semua itu. Pada akhirnya seorang guru menyampaikan bahwa untuk mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak maka mereka harus belajar yang rajin, sekolah setinggi mungkin, dan berprestasi. Lantas setelah mereka sudah menemui dunia kerja apakah yang disampaikan pada saat dibangku sekolah akan berlaku? Bahwa mendapat pekerjaan layak harus dengan sekolah setinggi mungkin, rajin belajar agar pandai, dan berprestasi? Tak sepenuhnya itu semua salah, namun juga tak sedikit anak-anak yang kecewa dengan hidupnya. Faktor keberuntungan juga terkadang menjadi satu pendukung untuk dapatkan sebuah pekerjaan yang layak. Beruntung punya uang untuk menyogok, beruntung punya saudara atau kerabat yang bisa membantu memasukkan di sebuah perusahaan ternama.

Dunia Pendidikan formal lupa mengajarkan bagaimana menjadi pembuat lapangan kerja atau menjadi entrepreneur atau menjadi pekerja ahli yang berdiri sendiri tanpa harus bergantung pada sebuah perusahaan atau pimpinan. Dengan pola pikir semacam itu, maka terbentuk juga pandangan masyarakat bahwa bekerja adalah kegiatan yang harus dilakukan dengan mengenakan baju seragam atau rapi, keluar rumah pagi hari dan pulang ke rumah pada sore hari (Aktivitas di luar rumah dalam kurun waktu tertentu).

Lalu bagaimana dengan beberapa profesi yang terlepas dari pandangan kita. Seorang penulis (penyair, cerpenis, novelis, dsb), seorang konten writer, seorang blogger atau youtuber, seorang programmer atau web design, seorang yang menekuni internet marketing atau bermain adsense. Masih banyak lagi profesi yang belum diakui sebagai sebuah profesi, hanya karena mereka melakukan pekerjaan itu secara personal tanpa tergantung harus berkelompok dengan banyak orang di sebuah kantor atau ruang kerja di sebuah gedung.

Apakah beberapa kegiatan yang saya tulis diatas tidak bisa dikatakan sebagai profesi? Tentu saja bisa karena memennuhi kriteria sesuai dengan definisi pekerjaan atau profesi yang saya sampaikan di awal tulisan ini. Hanya saja memang masyarakat belum mampu mengapresiasi beberapa pekerjaan tersebut baik secara pengakuan maupun secara finansial. Bayangkan saja, seorang konten writer, menulis sebuah artikel. Tulisannya hanya diapresiasi dengan nominal 10 ribu per 500 kata. Mengenaskan bukan? Seorang penyair, cerpenis, novelis harus bersaing dengan penulis yang bukunya bisa dibilang tidak berkualitas tetapi laris manis seperti kacang goreng.

Tetapi perlu diingat, meski mereka tak berseragam atau memiliki rutinitas yang monoton sebagaimana pekerja kantoran, mereka tetap seorang pekerja – bekerja dan menghasilkan uang dan setiap manusia memiliki hak untuk menentukan apa yang nyaman mereka lakukan untuk mendapatkan sebuah penghasilan. Karena pada prinsipnya kita belajar dan sekolah pada akhirnya bukan mencari pekerjaan melainkan mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan. Dengan begitu kita tidak akan memandang sempit tentang sebuah pekerjaan.

Terakhir yang akan saya sampaikan, tulisan ini tak begitu penting dan mungkin saja membuang waktu makan siang anda, tapi saya masih punya mimpi para pendidik mengajarkan bagaimana menghargai sebuah profesi seseorang yang dilakukan secara professional.



Post a Comment

0 Comments