Data Buku:
Judul : Negeri Ganjil
Penulis : Hendratno
Penerbit :Delima
ISBN : 978-502-53505-1-1
Tebal : xviii + 110 halaman
Tahun : November 2018
Setiap jiwa memiliki keresahan-keresahan dalam memandang segala yang ada di sekitarnya. Sebagian manusia mampu menyampaikan pemberontakan batin secara lisan ketika dihadapkan pada ketidaknyamanan, ketidakadilan, ketimpangan hidup. Tapi tak sedikit pula manusia dibenturkan pada keadaan yang membuat mereka harus tak bersuara.
Hendratno - dosen Universitas Negeri Surabaya yang juga sangat konsen di dunia sastra, penulis buku ini berusaha menyadarkan kita bahwa menyampaikan sesuatu tidak harus dengan suara yang lantang. Sebuah tulisan juga mampu membangunkan pikiran manusia dan mengubah keadaan, karena tulisan lebih abadi dari apapun seperti yang disampaikan Pramoedta Ananta Toer,"Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari. (Mama, 84)."
Dalam bukunya, penulis menyajikan kumpulan sajak dari fragmen-fragmen yang ditangkap dari berbagai keadaan.
Judul buku sekumpulan sajak “Negeri Ganjil” menyiratkan banyak pertanyaan. Membuat penasaran pembaca tentang apa yang akan disampaikan penulis melalui sajak-sajaknya. Saya sangat yakin dari 108 sajak dalam buku ini akan mewakili setiap rasa kekecewaan, kegundahan, juga kepasrahan sebagai manusia yang tak punya daya tanpa Tuhannya.
"Betapa ganjilnya negeri ini
Padi melimpah di hamparan sawah
Masih saja membeli di negeri sebelah"
Tiga kalimat ini ditulis di halaman awal sebelum sajak-sajaknya. Seolah ingin menegaskan bahwa segala yang tabu untuk dibicarakan kenyataannya keliaran di pandangan kita.
Tak seperti biasanya saya membaca buku puisi secara acak. Kali ini saya membaca dari awal halaman ke lembar-lembar berikutnya sampai saya berhenti pada satu puisi berjudul" Pohon Asam Depan Rumah"
Dulu ujung halamanku dua puluh meter dari jalan besar.
Sekarang tinggal sejengkal
Dimakan zaman
Pohon asam dilindas oleh buldozer
Pohon nangka hilang entah ke mana
Tak ada ganti rugi
Tak ada yang peduli (sajak hal 9)
Fenomena di mana tanah lapang sudah langka. Tak ada lagi pemandangan sejuk oleh rindangnya pohon atau lapangan luas tempat anak-anak bermain layang atau bola. Semua disulap menjadi gedung-gedung tinggi juga megah, tapi tak semua manusia mampu masuk ke dalamnya.
Saya semakin bergeming ketika membaca sebuah sajak pendek dengan judul " Menjual Agamamu Lagi." Sajak paling pendek dalam buku ini.
Agar kamu masuk surga sendiri
Yang lain persetan (sajak hal 35)
Penulis sajak pendek ini berusaha menyadarkan kita dari amnesia. Betapa kita sudah lupa bagaimana agama mengajarkan tentang kedamaian.Tidak jarang kita melihat saudara kita saling mencela, bertikai hanya mempermasalahkan akidah.
Dalam buku ini, penulis juga berusaha me-review ingatan di tahun 1990 dengan setting pasar Wonokromo. Sajak yang berjudul "Sepanjang Rel Kereta Api Tahun 1990-an," menceritakan tentang dua manusia yang berjuang mempertahankan hidup dengan cara tak layak. Entah karena nasib atau hanya karena tak ada kesempatan lebih baik bagi mereka.
Sambil bercanda dengan teman wanitanya.
Cukup untuk sebulan makan, katanya.
Sembari membuang dompet sekenanya setelah menguras isinya.
Pelacur, gincu tebal dan wangi minyak murahan menusuk hidung.
Menunggu dengan sabar lelaki hidung belang yang menawar dengan
Harga yang tak wajar. (Nukilan sajak hal 29)
Bagi yang suka dengan sajak-sajak tentang cinta, jangan khawatir. Buku ini juga menyampaikan perasaan cinta baik dengan sesama manusia maupun dengan Tuhan lewat sajak-sajaknya yang kuat.
Kumpulan sajak penghapus keresahan
Buku kumpulan sajak Negeri Ganjil merangkum berbagai realita hidup yang tak pernah sempurna. Manusia tak mungkin hanya memandang kebahagiaan atau kewajaran di mana-mana. Namun sebaliknya, karena kesedihan dan ketidakwajaran itu lebih mendominasi dalam hidup.
Dan saya masih yakin, puisi adalah salah satu cara kita bersuara dan membebaskan kita dari keresahan, karena sejatinya setiap puisi akan selalu menyuarakan tentang kemanusiaan.
0 Comments
Sangat senang mendapat jejak komentar dari Anda